DIMANA KEADILAN ITU?

March 10, 2019



Suatu waktu dalam sebuah perjalanan, teman saya bertanya, “dimana keadilan itu?” Saya pun sempat terdiam mendengar pertanyaan dia. Kita selama ini menginginkan dan sangat mengharapkan keadilan itu dalam kehidupan, dari segi kehidupan apapun. Bahkan kita selalu mencari keadilan itu, karena keadilan menjadi suatu hal yang langka di Indonesia ini. Keadilan menjadi sebuah harta yang terpendam entah dimana, siapa yang akan menemukannya juga tidak ada yang tau. Mungkin kita sering diperlihatkan wujud keadilan itu, namun ternyata itu hanya keadilan semu. Lalu, dimana keadilan itu berada? Yang katanya akan membuat manusia hidup dalam kedamaian.

Jika keadilan itu berbicara soal kebenaran, saya jadi teringat akan sebuah kalimat yang ditulis oleh Soe Hok Gie, “..kebenaran hanya ada di langit…”

Saya setuju dengan perkataan Soe Hok Gie itu, di bumi ini sudah diselimuti oleh berbagai macam kebohongan dan intrik kehidupan. Semua kebenaran ditutupi, yang mencari kebenaran justru dipersalahkan, dan yang melakukan kesalahan selalu dibela karena dianggap benar.

Lucu memang negeri ini, berkoar menjunjung tinggi nilai Pancasila tapi nyatanya kebenaran disemukan hingga semua nilai-nilai yang ada dalam Pancasila nyaris tak pernah terlihat dipermukaan.

Jika kebenaran sudah dimanipulasi, ditutupi, bahkan diputarbalikan, maka di saat yang bersamaan keadilan juga telah dimanipulasi bahkan telah lenyap.

Di langitlah kebenaran itu berada, berarti di langit juga keadilan itu ada. Yang jadi pertanyaan sekarang, kenapa keadilan ada di langit? Siapa yang memegangnya? Bagaimana menurunkan keadilan itu ke bumi agar bisa dirasakan semua manusia tak terkecuali satu pun?

BACA JUGA:

Siapapun orangnya, apapun agamanya, apapun kepercayaannya, tinggal dimanapun, jika sudah dikatakan Sang Maha Tinggi maka kita semua akan melihat ke langit atau menunjuk ke langit. Yang padahal kita tidak melihat apa-apa selain langit biru dan awan.

Tapi kita semua tau siapa yang ada di atas sana. Sang Maha Tinggi, Sang Maha Bijaksana, Sang Pencipta Alam Semesta, Allah yang semua ada di dunia ini berada dalam genggaman-Nya.

Dialah yang memiliki kebenaran dan keadilan yang sebenar-benarnya. Seluruh bentuk hukum yang berkeadilan untuk semua makhluk, dari-Nya lah semua berasal. Lalu kenapa tidak kita ambil saja hukum dari Sang Maha Bijaksana itu?

Menurut saya, hukum yang bisa mengatur semua segi kehidupan secara adil dan benar sejatinya hanya hukum Allah. Sedangkan hukum yang dibuat oleh manusia hanya bisa adil kepada golongan tertentu saja, kepada pihak tertentu saja, tidak bisa adil kepada seluruh makhluk yang hidup di bumi ini.

Dan semua hukum Allah sudah ada di dalam Al Qur’an yang sering kita baca. Di situ juga jelas bagaimana adilnya Allah kepada setiap manusia tanpa dibedakan kedudukan, jabatan, fisik, ras, bahkan agama sekalipun.
Picture by pixabay.com


 “Ah, intoleransi itu. Bukankah Indonesia ini multi agama, multi etnis, multi ras juga. Jangan mentang-mentang mayoritas seenaknya bikin hukum sendiri.”

Sudah sangat sering ya kita mendengar dan membaca kalimat bernada sama dengan di atas. Isu intoleransi menjadi senjata yang sangat tajam belakangan ini.

Saya membicarakan hal ini bukan karena saya seorang muslim, memang sudah menjadi kewajiban saya untuk menjunjung tinggi Islam di dunia ini. Tapi jika saya berbicara kepada orang banyak yang dimana mereka itu semua beragam agama, beragam kepercayaan, beragam etnis, beragam suku, hanya ada satu bahasa, yaitu keadilan sosial dan berlandaskan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Saya ambil contoh hukum potong tangan. Siapapun orangnya, mau dia pejabat atau rakyat biasa, mau dia Islam atau bukan, mau dia dari suku mana atau etnis apa, jika sudah terbukti mencuri maka dipotonglah tangannya. Dan itu menjadi ciri otentik yang bisa dilihat oleh semua orang. Adil bukan?

Contoh lagi hukum pancung. Siapapun tersangkanya dari golongan manapun jika sudah terbukti membunuh orang lain maka dihukum pancung. Tapi tidak semudah itu memenggal kepala orang. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui. Apakah keluarga dari pihak korban memaafkan tersangka atau tidak. Jika dimaafkan maka hukuman pancung gagal, jika tidak maka hukuman akan diteruskan.
Adil bukan?

Tapi sangat disayangkan, ada beberapa pihak yang merasa terancam jika hukum Allah ditegakan di muka bumi ini. Apabila hukum Allah ditegakan maka berdirilah sebuah kekhalifahan yang baru. Yang artinya menjadi masa kejayaan Islam kembali.

Mereka takut, agenda mereka untuk menguasai dunia akan terhenti jika khilafah Islam berdiri. Karena mereka menganggap Islam menjadi sebuah ancaman besar bagi keberlangsungan hidup mereka. Padahal khilafah Islam berdiri untuk menciptakan keadilan bagi seluruh makhluk, menebarkan kedamaian dan kebahagiaan di seluruh penjuru bumi.




Picture by pixabay.com


Akhir kata, jika kita ingin keadilan bisa benar-benar diterapkan di bumi ini maka kembalikan ke langit. Disanalah semuanya berasal. Manusia hanya bisa membuat kebijakan yang dirasa adil menurut nalar dan pemikirannya, padahal manusia sendiri mempunyai batasan akal dan pemikiran.

Karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna.




-H2O-

You Might Also Like

0 komentar