PENJUAL BUBUR BIJAK

October 24, 2013

Judul di atas mungkin agak sedikit sama dengan judul sinetron yang ceritanya tak berujung, tapi bukan dari sinetron itulah saya menulis tulisan ini melainkan dari pertemuan saya dengan seorang penjual bubur.

Kebetulan di seberang kantor saya yang juga di dekat kampus saya terdapat sebuah warung bubur ayam yang cukup banyak peminatnya. Setiap pagi selalu banyak orang yang membeli bubur di situ, termasuk saya, ya meskipun tidak setiap hari saya sarapan di situ.

Karena seringnya saya sarapan di situ sampai-sampai penjualnya hapal apa yang saya minum, “air putih hangat ‘kan mas ?” tanyanya jika saya datang. Karena segelas air putih hangat itu gratis, yang dibayar cuma buburnya saja, itulah kenapa saya selalu memesan segelas air putih.

Suatu hari saat saya sarapan di situ, penjual bubur itu duduk di samping saya (kebetulan lagi tidak ada pembeli) dan mengajak saya ngobrol seputar pekerjaan. Dari obrolan itu saya tahu bahwa beliau itu pernah bekerja di banyak tempat, dari pengalamannya itu beliau berkata, “jangan pernah memandang remeh orang lain, jangan sekali-sekali melihat orang lain lebih kecil atau lebih rendah dari kita, karena belum tentu kita lebih baik dari mereka".

Saya cukup terperangah dengan kalimat yang dilontarkan beliau, sungguh bijak, melihat pekerjaan beliau hanya seorang penjual bubur biasa. Tidak banyak penjual yang memiliki prinsip hidup seperti beliau, kebanyakan penjual hanya memikirkan bagaimana mendapat keuntungan yang besar setiap harinya. Maka dari itu saya cukup kagum dengan prinsip beliau seperti itu.

Dari situ kita bisa tahu bahwa orang-orang yang kita anggap sederhana sekalipun memiliki banyak pengalaman dan sangat bijak dalam hidup. Pelajaran yang saya dapat dari beliau, janganlah sombong saat kita berada pada tempat yang lebih tinggi karena belum tentu kita lebih baik dari mereka yang berada di bawah kita.


-H2O-

You Might Also Like

0 komentar