SARJANA ROTI

March 29, 2016


Siapa yang tidak ingin menjadi sarjana sekarang ini? Semua orang ingin dirinya bisa sarjana, minimal sarjana Strata-1. Karena semua perusahaan baik negeri maupun swasta menerapkan klasifikasi SDM-nya minimal S-1. Bahkan untuk PNS pun sekarang juga minimal sarjana, terlihat dari kebijakan untuk mempensiunkan mereka yang hanya berpendidikan SMA.




Belakangan ini saya kebetulan sering mendengarkan lagu dari Iwan Fals, salah satunya yang berjudul ‘Teman Kawanku Punya Teman’. Lagu tersebut mencerita tentang seorang mahasiswa yang sarjana dengan berbekal skripsi yang dia beli dan sangat dibanggakan karena telah diwisuda.

Lagu tersebut masih dan sangat relevan dengan kehidupan sekarang, sangat banyak di luar sana orang yang sarjana dengan “membeli” sarjana itu sendiri. Ciri orang seperti itu biasanya saat kuliah jarang masuk, saat ujian hadir tapi nyontek, tugas kuliah dikerjakan dengan “menyewa” jasa orang, saat wisuda sangat bahagia tanpa ada beban sedikit pun. Dan biasanya orang-orang seperti itu akan sangat membanggakan titel sarjananya.

Dari beberapa kasus yang saya lihat, model sarjana seperti itu kuliah hanya untuk mengejar ijazah, dan digunakan hanya untuk kenaikan pangkat atau gaji. Tanpa tahu ilmu yang seharusnya bisa diterapkan dalam pekerjaan. Maka dari itu Iwan Fals menyebutnya ‘Sarjana Roti’.

Ibarat makanan, roti hanya sebagai pengganjal bukan membuat kenyang. Dalam dunia kerja orang macam itu hanya mementingkan gaji tanpa bisa mengaplikasikan ilmu saat kuliah dalam pekerjaan sehingga tidak berdampak positif bagi perusahaan.

Menurut saya, ‘Sarjana Roti’ ini seharusnya tidak diprioritaskan. Buat apa ‘Sarjana Roti’ naik gaji atau pangkat jika tidak bisa apa-apa. Misalnya, saat kuliah hampir semua sekolah tinggi ataupun universitas mengajar manajemen dan organisasi, tapi karena ‘Sarjana Roti’ kuliah hanya untuk ijazah maka saat dipekerjaan tidak bisa memanajemen pekerjaan ataupun berkoordinasi dengan staf atau jajaran. Lalu untuk apa ‘Sarjana Roti’ ini ada?

Kebanyakan ‘Sarjana Roti’ ahli dalam berbicara. Namun jika di belakang atasan, mereka “mengolok-olok”. Sama seperti apa yang dikatakan Mochtar Lubis, yaitu sifat Asal Bapak Senang.

via : id.gofreedownload.net


‘Sarjana Roti’ menurut saya telah melunturkan semangat sarjana yang sebenarnya. Seorang sarjana adalah pembaruan, namun ‘Sarjana Roti’ telah menghambat pembaruan itu.

Percuma sarjana, percuma mengagungkan dan menyombongkan titel, jika tidak bisa menerapkan ilmu dan pengetahuan dalam praktek kerja.




-H2O-

You Might Also Like

1 komentar